Saya bersyukur banget kerja di majalah ini. Kita, para calon reporter (Carep) dikasih pelatihan dulu sebelum terjun meliput. Kaya masa orientasi gitu deh.
Nggak semua perusahaan media melakukan ini. Yang saya tahu majalah sana (ya, ya, yang saya susah move on dari ambisi jadi jurnalis di sana itu lho), juga membekali carep-carepnya di kelas belajar.
Setelah pembekalan selesai, carep bakalan ditandemkan dengan reporter untuk awal-awal penugasan. Tujuannya bagus, supaya bisa belajar dari yang senior tentang hal-hal praktis di lapangan. Enak kan, nggak langsung dilepas sendirian :D
Saya dan 10 carep lain adalah angkatan 2014. Di kelas belajar, kadang-kadang anak marketing juga masuk kelas untuk bahasan tertentu. Beberapa materi pembekalan memang bersifat umum tentang perusahaan.
Di media kita (cieeh kita, haha), ada sekat yang disebut garis api antara pemasaran dan pemberitaan. Jurnalis di sini dilarang nyambi cari iklan, bahkan cuma membantu penulisan advertorial juga nggak boleh. Marketing punya penulis iklan sendiri. Fotografer berita dan iklannya pun berbeda. Reporter cari narasumber untuk pemberitaan. Marketing cari klien buat masang iklan. Jelas batasannya.
Lagi-lagi bersyukur kerja di media yang udah 'ajeg' dari segi sistem maupun finansialnya. Beberapa wartawan (biasanya media lokal, beberapa doang mungkin) punya tugas ganda: wartawan merangkap sales iklan.
Lucunya, garis api itu tidak hanya berlaku dalam hal tugas, tapi juga penampilan, hihi.
Beneran deh, carep sama marketing itu 'cangkang luarnya' lumayan timpang!
Nggak usah bilang posisi kita pas perkenalan pun orang tahu mana carep, mana pemasaran. Yang marketing tentu lebih modis dan terawat :D
Yang carep? Nggak jauh dari kemeja (kadang kaos!), jeans dan kets.
Tapi dalam pergaulan sih nggak bersekat. Anak-anak marketing itu menyenangkan kok, nggak sok-sokan ekslusif. Bukan cuma mereka sih, semua orang di berbagai bidang dan posisi juga baik dan ramah. Beneran nih, bukan jilat-jilat atasan.
Buktinya, kemarin saya ikutan rapat kompartemen ekonomi. Sebenernya terpaksa 'diikutkan' biar tahu suasana penentuan berita-berita yang bakal digarap. Saya nggak sendiri. Bang Averos sama Vino G Bastian abal-abal juga kebagian ikut di sini. Carep yang lain dibagi-bagi ke kompartemen nasional dan hukum.
Suasana rapat itu egaliter banget! Semua orang bebas berpendapat tentang hal-hal yang menarik diangkat. Reporter boleh mengkritisi bahkan menolak usulan topik dari redaktur. Asalkan masuk akal dan sopan, itu fair. Bahkan para carep juga dimintai saran dan usulan oleh redaktur pelaksana. Padahal awalnya kita, eh saya doang, merasa udah kaya obat nyamuk. Cuma duduk manis dan mendengarkan. Jadi merasa tersanjung gitu pada 'ngeh' ada kita dan diajak terlibat diskusi :D
Selama rapat di kompartemen ekonomi, saya nggak mudeng banget isu-isu yang dibahas :p
Bukan tentang harga bawang naik jadi berapa. Bukan. Itu sih bisa baca di media online.
Koran dan online mengutamakan kesegaran atau aktualitas, sedangkan majalah memberikan kemendalaman. Emang beda jualannya dari online, koran, majalah, televisi dan radio. Masing-masing punya produk khas.
Emm, waktu ditanya usulan berita, saya jawab belum punya. Karena nggak mudeng tadi, hahaa. Saya udah baca-cara isu terhangat sih buat rapat kompartemen. Saya bikin catatan-catatan buat persiapan. Sayangnya, itu masuk ke nasional dan hukum.
Pait! Pait! Pait! Semoga nggak ditempatkan di Ekonomi. Amin... Eh khusus yang ini off the record aja ya jangan bilang-bilang ke orang. Sttt, diem-diem aja daripara dipecat, hahaha
Berita-berita apa yang akan dimunculkan untuk edisi minggu depan merupakan hasil rapat itu, bukan keputusan satu orang yang paling tinggi jabatannya.
Ah, tuh kan! Lagi-lagi bersyukur punya lingkungan kerja yang asyik banget :D
Oh ya, tulisan ini merupakan curhat saya di hari keempat masuk kelas belajar. Kesannya hepi-hepi gitu ya jalannya. Ya emang, orang masih kelas belajar. Nggak tahu deh kalau udah dikasih penugasan untuk meliput.
Denger-denger sih suasana sering tegang menjelang deadline terbit majalah. Terus redaktur kadang mendadak galak kalau materi liputan kurang atau gagal nembus narasumber.
Oh ya, saya udah bikin sidik jari buat masuk ruangan-ruangan di sana lho. Ada nomor induk karyawannya juga. Berarti udah sah kan ni jadi jurnalis di sana? Hahahaa, girang banget! Sama noraknya kaya pas lihat sebuah meja kerja kosong bertuliskan nama: Putri Kartika Utami.
Asli seneng banget. Ciyusan mi apa aja deh :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar