Rabu, 02 Oktober 2013

Suatu Malam di Rumah Sakit

Kamar 212
Setelah menginap tiga hari di ICU, lalu dipindah ke HCU selama dua hari, akhirnya jam 11 tadi nenek saya bisa menempati kamar rawat inap biasa. Alhamdulillah, berarti keadaannya semakin membaik. Emah, begitu sebutan saya kepada nenek, masuk rumah sakit setelah darah tingginya naik sampai 270. Kata dokter itu angka yang sangat tinggi. Katanya lagi nenek saya kuat sekali karena biasanya tekanan darah setinggi itu bisa membuat pembuluh darah pecah sampai menyebabkan kematian.

Beliau menempati kamar nomor 212. Ketika melihat deretan nomer itu, pikiran saya tertuju pada sosok Wiro Sableng. Tokoh utama di film laga favorit saya sewaktu kecil, hehe. Rangkaian nomor 212 merupakan angka saktinya si murid Sinto Gendeng itu, semoga nenek saya juga semakin sakti melawan penyakitnya. Amin. (Apa hubungannya?!)
Sekarang nenek saya sedang diuap, mudah-mudahan besok penyakitnya ikut menguap keluar dari tubuhnya. Aamin. Get well soon, mah...

Minyak Angin Beda Generasi
Dibelikan yang aromatherapy, tetapi nenek saya protes. Maunya pakai minyak angin yang cap "alat perkakas". Tahu dong itu merk apa. Dari namanya saja sudah keliatan segmen pasarnya berbeda. Yang merknya pake bahasa Inggris membidik masyarakat modern. Sedangkan yang merk alat perkakas menjadikan nenek saya dan sebayanya sebagai konsumen.

Meskipun minyak angin modern menyuguhkan berbagai varian wangi, nenek saya setia dengan yang cap alat perkakas itu. Dia adalah komsumen dengan loyaloitas tinggi. Tak goyah oleh iklan-iklan minyak angin kekinian. Penasaran apa rahasianya, saya buka tutup minyak angin yang cap perkakas, lalu saya hirup baunya....
"Hmmm... Aromanya menggal banget setajam kapak! Hahaha"

Kalau mau jujur sih saya lebih suka wangi yang jadoel itu sih, tapi....
Tidak, tidak... saya adalah anak muda generasinya Agnes Monica. Saya pilih yang aromatherapy deh daripada dibilang berselera aki-nini :D

Melek Sendirian
Ih sumpah ya mati gaya banget malem ini di rumah sakit!

Bahas apa lagi ya? Nomor kamar sudah, minyak angin juga sudah. Duh! Ibu saya semakin terlelap, begitu pun nenek saya. Suasananya hening. Hanya sesekali terdengar langkah kali di luar kamar. Dugaan saya, mungkin itu suster yang sedang jaga malam. Tapi saya tidak memastikan kebenaran hal itu. Bukan karena takut lho ya, tiba-tiba pas saya melongok keluar, tahu-tahu susternya ngesot, bukan melangkah. Malas saja. Untuk apa nongkrongin orang yang lewat? ku-rang ker-ja-an *melambaikan tangan ke kamera*
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar