Kamis, 10 September 2015

Hemat

Bukan cuma Jokowi yang punya paket kebijakan soal ekonomi. Saya, Kakak Flora dan Teh Birny sudah bikin dari sebulan lalu.

Sebulan lalu, di sebuah resto masakan Jepang, kita dapet hidayah untuk menjauhi hidup boros yang kita jalani: ngemall, jajan, nonton, ngetrip, berenang, karaoke, ke salon (yang ini saya ga ikutan) de-el-el.

Gimana ya, lingkungan mendukung juga sih. Mall sama apartemen letaknya cuma selemparan batu dari kantor. Jam kerja, fleksibel. Maka, kita sepakat menjalankan tight money policy alias kebijakan pengetatan uang. Caranya, mengurangi peredaran uang kita di penyedia barang dan jasa.

Nggak cukup mengurangi aktivitas hedonis, layaknya orang bener, kita bahas soal investasi. Dari bikin tabungan baru khusus nimbun duit, reksadana, arisan, investasi emas, properti dll.

Bismillah...

Semenit pasca ketok palu, kita merasa perlu karaokean :D
Tuh kan, di awal aja udah ketahuan penghematan ini cuma wacana yang mengawang-awang di langit ke tujuh. Ketinggian, karena langit kamar pun tangan tak mampu menggapai.
Dasar lemah iman!
 
Dua minggu lalu, hari itu belum ada kerjaan. Posisinya, saya lagi beli jus deket kantor. Bingung mau ngajakin siapa yang mau mabal saat hari dan jam kerja. Pilihannya ya cuma sama manusia dari kantor sendiri. Da kantor batur mah kerja teh beneran. Teu bisa mabal-mabal jiga kami.

Saya telepon Teh Birny. Doi lagi di mall, riset harga tv. Pilihan nyamperin dia adalah opsi yang saya tahu salah banget.

But I did.

Baru masuk mall, Kakak Flora nelepon nanya lagi di mana. Ternyata dia juga lagi di mall.

Ini sungguh petaka!

Di meeting point, saya mengingatkan soal kebijakan pengetatan uang dua minggu lalu. Biar terlihat konsisten, padahal saya menggoda mereka biar mau nonton pilem :D

Flora lagi butuh karaoke banget, sementara Teh Birny bilang laper. Petaka benar-benar terjadi. Semua resolusi hedon itu kita tindak lanjuti, kecuali nonton karena lagi nggak ada pilem yang menarik.

Pulangnya, saya mengutuki diri di depan mereka. Bilang kalau kebersamaan ini sungguh tidak baik bagi finansial saya. Ekonomi jadi melambat. Kemarin, saya baru berenang sama Mira dan Nufus. Weekend nanti, mau ke Bandung bareng keluarga. 

Dipastikan ini mah akhir bulan bakalan ngindomie terus. Kabar baiknya di kolong maja ada tiga dus Indomie rasa kari ayam, soto dan mie goreng. Sembako lebaran dari kantor. Lumayan kan tiga varian mie buat tiga waktu makan. Hiks...

Saya perlu cerita karena kemarin kita ngemall lagi. Sok-sok-an bosen makan di warteg dan lagi mau jajan pasta. Kelar mengisi perut, saya ngajak karaoke.

Subhanallah, keduanya menolak!

"Inget kesepakatan kita kemarin," gitu katanya.

Rupiah-rupiah di dompet terselamatkan. Tapi cuma sebentar karena Teh Birny ngajakin mampir ke hypermart. Deja Vu. Aroma petaka meruap, "Pulang sana duluan. Jangan ikut!"

Kaki saya merespon bisikan ghaib itu dengan melangkah pergi. Tapinya ke belakang Teh Birny, yang sudah nenteng keranjang belanjaan. Di sisinya ada Kakak Flora.

Duh gusti, semoga saya diampuni!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar