Bukan cuma Jokowi yang punya paket kebijakan soal ekonomi. Saya, Kakak Flora dan Teh Birny sudah bikin dari sebulan lalu.
Sebulan lalu, di sebuah resto masakan Jepang, kita dapet hidayah untuk menjauhi hidup boros yang kita jalani: ngemall, jajan, nonton, ngetrip, berenang, karaoke, ke salon (yang ini saya ga ikutan) de-el-el.
Gimana ya, lingkungan mendukung juga sih. Mall sama apartemen letaknya cuma selemparan batu dari kantor. Jam kerja, fleksibel. Maka, kita sepakat menjalankan tight money policy alias kebijakan pengetatan uang. Caranya, mengurangi peredaran uang kita di penyedia barang dan jasa.
Nggak cukup mengurangi aktivitas hedonis, layaknya orang bener, kita bahas soal investasi. Dari bikin tabungan baru khusus nimbun duit, reksadana, arisan, investasi emas, properti dll.
Bismillah...
Semenit pasca ketok palu, kita merasa perlu karaokean :D
Tuh kan, di awal aja udah ketahuan penghematan ini cuma wacana yang mengawang-awang di langit ke tujuh. Ketinggian, karena langit kamar pun tangan tak mampu menggapai.
Dasar lemah iman!
Dua minggu lalu, hari itu belum ada kerjaan. Posisinya,
saya lagi beli jus deket kantor. Bingung mau ngajakin siapa yang mau
mabal saat hari dan jam kerja. Pilihannya ya cuma sama manusia dari
kantor sendiri. Da kantor batur mah kerja teh beneran. Teu bisa
mabal-mabal jiga kami.
Saya telepon Teh Birny. Doi lagi di mall, riset harga tv. Pilihan nyamperin dia adalah opsi yang saya tahu salah banget.
But I did.
Baru masuk mall, Kakak Flora nelepon nanya lagi di mana. Ternyata dia juga lagi di mall.
Ini sungguh petaka!
Di
meeting point, saya mengingatkan soal kebijakan pengetatan uang dua
minggu lalu. Biar terlihat konsisten, padahal saya menggoda mereka biar
mau nonton pilem :D
Flora lagi butuh
karaoke banget, sementara Teh Birny bilang laper. Petaka benar-benar
terjadi. Semua resolusi hedon itu kita tindak lanjuti, kecuali nonton
karena lagi nggak ada pilem yang menarik.
Pulangnya,
saya mengutuki diri di depan mereka. Bilang kalau kebersamaan ini
sungguh tidak baik bagi finansial saya. Ekonomi jadi melambat. Kemarin,
saya baru berenang sama Mira dan Nufus. Weekend nanti, mau ke Bandung
bareng keluarga.
Dipastikan ini mah
akhir bulan bakalan ngindomie terus. Kabar baiknya di kolong maja ada
tiga dus Indomie rasa kari ayam, soto dan mie goreng. Sembako lebaran
dari kantor. Lumayan kan tiga varian mie buat tiga waktu makan. Hiks...
Saya
perlu cerita karena kemarin kita ngemall lagi. Sok-sok-an bosen makan
di warteg dan lagi mau jajan pasta. Kelar mengisi perut, saya ngajak
karaoke.
Subhanallah, keduanya menolak!
"Inget kesepakatan kita kemarin," gitu katanya.
Rupiah-rupiah
di dompet terselamatkan. Tapi cuma sebentar karena Teh Birny ngajakin
mampir ke hypermart. Deja Vu. Aroma petaka meruap, "Pulang sana duluan.
Jangan ikut!"
Kaki saya merespon
bisikan ghaib itu dengan melangkah pergi. Tapinya ke belakang Teh Birny,
yang sudah nenteng keranjang belanjaan. Di sisinya ada Kakak Flora.
Duh gusti, semoga saya diampuni!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar