Kamis, 07 Juni 2012

Metro Realitas

Dalam sebuah negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia, kehadiran media massa sebagai kran informasi publik menjadi sangat penting. Oleh karena itu, setiap stasiun televisi memproduksi program berita.

Namun, di antara banyaknya program berita tersebut, hanya sedikit perusahaan media yang menawarkan program investigasi. Perusahaan media lebih senang menampilkan berita ringkas daripada memproduksi program investigasi karena menghabiskan banyak biaya, waktu dan energi. Padahal, program investigasi memberikan informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai suatu isu besar yang tidak cukup dibahas dalam dua atau tiga menit.

Di tengah lesunya program-program investigasi di televisi, Metro TV mempunyai satu tayangan investigasi bernama Metro Realitas. Program ini ada sejak MetroTV beridiri tahun 2000 silam. Metro Realitas menyapa pemirsa setiap Senin dan Rabu pukul 23.05 WIB.

Metro Realitas
Berbeda dengan berita ringkas (straight news) yang hanya menayangkan berita sekilas, program ini menyajikan laporan mendalam untuk membongkar kasus-kasus yang menyangkut kepentingan publik. Kriteria berita yang ditayangkan adalah kejahatan kerah putih, korupsi, kejahatan kemanusiaan, pelanggaran HAM berat, kekerasan terhadap agama atau kepercayaan, kerusakan lingkungan dan ketidakadilan.

Pada tahun 2011, program Metro Realitas edisi Berebut Saham Newmont meraih penghargaan sebagai kategori Program Investigasi Terbaik dalam ajang Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2011 dan Anugrah Adiwarta 2011 untuk edisi Perang Mafia Tambang sebagai Liputan Investigatif Terbaik untuk kategori TV Nasional.

***
Ini deskripsi singkat program Metro Realitas di skripsi gue soalnya penelitiannya emang tentang investigative reporting. Ternyata setelah gue dalemin tentang program-program investigasi di tv Indonesia itu kuraaaang banget.

Ada sih yang ngasih embel-embel investigasi di nama programnya tapi acara gosip kaya silet (masih ada ga sih programnya setelah Veni Rose pindah?), insert investigasi, kasak-kusuk investigasi de el el. Acara-acara yang kepo banget soal kehidupan selebritis dan ternayata laris manis dipasaran.

Ga heran kalau ada stasiun TV yang menayangkan acara gosip 3 kali sehari kaya makan obat : pagi, siang malem... bahkan lebih! Program gosip emang jadi idola makanya ditayangkan di jam-jam banyak penonton. Nasibnya berbanding jungkir balik sama program-program investigasi 'beneran'. Sengaja ditaro tengah malem pas orang lagi enak-enaknya mimpi dan ga pake promo (iklan programnya).

Selama tahun 2012 pas gue terpaksa mutusin buat mendalami investigative reporting ga pernah tuh liat iklan Metro Realitas-nya Metro TV atau SIGI yang punya SCTV. Alasannya bisa jadi gara-gara pihak perusahaan media sayang meluangkan waktu 30 detik aja buat program yang 'dianggap' ga komersil. Atau, bisa jadi kalau dibikin promo acaranya terus dikasih tahu episoden nanti tayang tentang kasus apa eh tau-tau diultimatum ga boleh tayang sama orang yang punya kekuasaan ( misalnya owner, teman tapi mesranya owner, pihak sponsor, atau orang yang punya power di nusantara ini). Who knows?

Awalnya gue emang terpaksa baca-baca tentang jurnalisme investigasi gara-gara skripsi. Tapi akhirnya jadi jatuh cinta sama bahasan ini. Waktu baca tentang cerita para jurnalis yang meliput dengan teknik ini, gue ikutan deg-degan kaya lagi nonton film action. Ada yang maen petak umpet sama preman-preman bayaran, ada yang kejar-kejaran di speed boat dan ada yang dicari-cari militer. Wuiiiiiih!

Pas wawancara sama produsernya Metro Realitas, trus dia nawarin gue magang. Mau banget lah! I won't miss the chance. Saking niatnya magang, pas wawancara itu gue udah bawa CV, surat pengantar magang dari kampus n persyaratan magang lainnya. Jaga-jaga kali ditawarin magang, kalaupun ga... gue mo apply lamaran magang :D

Sebulan doang magang dan itu jadi ajang pembuktian teori-teori yang gue pelajarin di kelas sama hal yang gue dapet di lapangan. Lucky me, gue ngerasa beruntung banget tempat belajar itu di Metro Realitas. Isu-isu 'sensitif', ketemu orang-orang penting, dan liputan sambil deg-degan (padahal yang ngeliput reporternya n gue cuma nyimak). Gue juga jadi yakin kalau berita yang kita lihat di tv bukan realitas apa adanya. Ada subjektivitas reporternya, ada proses editing, sudut pandang yang diambil, pemilihan kata, mutusin siapa yang jadi narasumber, ada intervensi bukan cuma dari internal media tapi juga mereka yang punya pengaruh (jabatan, uang, atau akses). Berita bukan mirror of reality.

Tapi di sana juga gue melihat masih ada jurnalis-jurnalis idealis yang konsisten memperjuangkan kebenaran, menyuarakan hak-hak mereka yang ga punya akses 'bersuara', ditegur sama 'orang yang berpengaruh' karena beritanya terlalu 'vulgar' menelanjangi praktek-praktek kotor yang merugikan negara.

Makasih Metro Realitas :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar